1:24 AM
0
Taara Zameen, Pulau Solomon, dan Berpikir Positif

Semalem aku baru menonton film india, mungkin beberapa orang udah ada yg nonton, judunyal “Taare Zameen Par”. Tapi tunggu dulu, tak perlu membayangkan adegan bernyanyi sambil mengitari pohon atau adegan tokoh utama bernyanyi sambil joged diikuti orang-orang yg tiba2 dateng dan banyaknya se-RW. Gak ada sama sekali. Tapi kalo untuk urusan nyanyi alias soundtrack mah tetep ada. Ini justru salah satu ciri khas dari film india. Kalo filmnya udah mulai ga jelas, peran antagonis selalu menang dan matanya melotot setiap bicara atau marah, peran utama hilang ingatan, dll.. mmhh.. itu mungkin sinetron Indonesia.
Well.. balik lagi ke “Taare Zameen Par”. Ini film sangat direkomendasikan untuk ditonton buat keluarga, para orang tua, buat anak muda calon orang tua, buat siapapun yang hidupnya berinteraksi dengan anak. Ga rugi ko hanya menyisihkan waktu kurang lebih 2 jam 40menitan untuk nonton film ini.

Oke, kita mulai dari cerita tentang apa film ini. film yang diproduseri oleh Aamir Khan ini bercerita tentang seorang anak yang disleksia. Apa disleksia? Singkatnya suatu kondisi yang tidak bisa membaca. Melihat huruf seperti menari-nari. Jadi orang yang mengalami disleksia pada masa kecil akan dikatakan bodoh karena mereka tidak bisa membaca. Di film ini pun demikian, padahal Ishaan, tokoh utama film ini yg berusia 9 tahun, ketika disuruh baca sudah mengatakan dengan sejujurnya bahwa ‘hurufnya menari-nari bu’. Ehh.. si guru malah marah dan menyuruhnya keluar. Itu baru satu guru, intinya adalah Ishaan ini dikatakan trouble maker, anak bodoh, si idiot oleh guru2 bahkan oleh ayahnya sendiri. karena ayahnya udah bingung, anaknya terancam tidak naek kelas lagi, akhirnya sang ayah pun mengirim Ishaan ke sekolah berasrama.

Di sekolah yg baru, ishaan mengalami hal yg sama di sekolahnya dulu, dikatakan bodoh, idiot, pemalas, hingga diketawai sekelas. Jauh dari keluarga dan dengan kondisi semua guru memandangnya bodoh, Ishaan pun mulai agak depresi, dia semakin banyak diam, bahkan dia tak lagi menggambar pdahal itu adalah hobinya.

Lalu sampai kapan ishaan dicap bodoh? Sampai kapan ada yang sadar bahwa ishaan bukan tidak mau belajar membaca tapi mengalami disleksia? Lebih lengkapnya, silakan aja tonton sendiri.. :D

Yang saya mau sampaikan tidak hanya mengenai resensi film ini, ada beberapa sedikit cuplikan film menarik mengenai fakta yang kebetulan saya baru tahu. Bahwa ada kebiasaan unik di Pulau Solomon, Pasifik Selatan.

Apa yang mereka lakukan untuk menumbangkan pohon yang sulit ditebang? Mereka mengelilingi pohon itu dan meneriaki pohon tersebut dengan kata-kata kasar selama beberapa hari (sumber dari kaskus mengatakan hingga 40 hari). Apa yang terjadi? Yaa.. lama-kelamaan pohon berakar kuat yang sulit ditebang itu pun rapuh, perlahan dedauan mulai mengering kemudian dahan-dahannya mulai rontok. Dan Lama-lama pohon itu pun mati.

Lalu bagaimana dengan manusia atau anak yang diteriaki kata-kata kasar? Dikatakan idiot, dasar anak bandel, nakal, anak bodoh, anak yg ga mau diatur, anak ga tau diuntung, anak ceroboh, cengeng, dan berbagai teriakan2 negatif lainnya yg biasa dikatakan terhadap anak.. sama seperti dengan kejadian pohon, lama kelamaan anak pun akan rapuh.. mungkin tidak rapuh pada kondisi fisik seperti yg terjadi pada pohon, tapi rapuh secara mental.
Jadi seberapa pentingkah pikiran, perasan, dan perkataan positif? Khususnya pada anak dan umumnya terhadap makhluk hidup? Jawabnya, sangat penting!

Yaahh…. At least, perkataan negatif pun sedikit berguna untuk menumbangkan pohon yg sulit ditebang.. jadi kan ga perlu modal kapak.. *loh? Ceritanya berusaha mengambil sisi positifnya (jadi sedikit terpikir, sbenernya dg berpikir positif thd pohon, secara tdk lgsg kita melakukan gerakan cinta lingkungan alias biar pohon ga tumbang,hhe.. #topikmelebar)


Anyway, selamat menonton bagi yg belum..
Daann… selamat berpositif riaa…!! :D *kecuali jika anda benar2 ingin menumbangkan pohon

0 komentar:

Post a Comment